Kamis, 20 September 2012

Mata Air Air Mata Kumari – Yudhi Herwibowo, review Bacaan B.zee


Judul : Mata Air Air Mata Kumari
Penulis : Yudhi Herwibowo
Penerbit : Buku Katta (2010)

Mata Air Air Mata Kumari, awalnya agak kesulitan membaca dan memahami judul itu, tetapi ternyata jawabannya sudah ada di sinopsis back cover :)
Ada empat belas cerpen dalam buku ini, dengan berbagai setting. Mulai dari sebuah desa terpelosok di Nusa Tenggara Timur, desa kecil di Jawa pada masa PKI, sampai suatu daerah di Nepal. Meski begitu, Nusa Tenggara Timur yang mendominasi setting tempat di sebagian besar cerpen tersebut. Tidak hanya menggunakan nama wilayah sebagai ‘hiasan’, tetapi penulis juga fasih dalam menggambarkan lokasi, kebudayaan dan adat istiadat setempat.

Cerpen pertama dalam buku ini, “Kofa” sebagai pembukaan, sukses mempesona saya. Gaya bahasanya yang luwes dan cantik, semacam “…saat bunga-bunga di puncak kemekaran mereka, dan aroma ada di tepat ketinggian hidung orang-orang Kofa,..” Kisahnya yang sederhana, namun bermakna sangat mendalam, serta nyata mampu kita lihat dalam kehidupan sehari-hari, walau wujudnya tak se-’ajaib’ ini. Gambaran nyata bagaimana penampilan masih menjadi prioritas bagi sebagian besar orang, tanpa melihat bagaimana nilai manusia dalam diri seseorang itu.

Kisah “Amela-Ameli” mulai menuntut imajinasi yang lebih bebas. Meski dari awal saya sudah bisa menebak arah cerita ini, tetapi tetap bagian-bagian tertentu berhasil mengejutkan saya. Kemudian ditutup dengan akhir yang tegang sekaligus mengharukan. “Lama Fa” seolah menuntut kita untuk berpikir terbalik, menyusun kembali episode-episode kehidupan di dalam kepala kita sendiri. Suatu tantangan tersendiri untuk orang-orang yang terbiasa berpikir linear seperti saya. Kisah-kisah lain, sama seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, sangat kental dengan kebudayaan dan mitos setempat. Selain tata bahasa yang indah dibaca, unsur misteri juga menambah keindahan cerita dalam buku ini. Alurnya disusun sedemikian rupa sehingga rasa penasaran yang semakin terjawab diakhiri tepat pada waktunya. Tidak terlalu ‘jelas’ sehingga mematikan imajinasi, tapi juga tidak terlalu ‘menggantung’ sehingga memberikan terlalu banyak penafsiran.
Akan tetapi ada satu yang agak mengganjal untuk saya, yaitu kisah kedelapan, “Ana Bakka”. Kisah ini bagus secara rangkaiannya, tetapi saya kurang berkenan dengan pesan moralnya. Dengan latar belakang tokoh “aku” sebagai orang medis, penceritaan semacam itu ditakutkan malah menjadi pembenaran untuk adanya pemasungan. Terlepas dari apapun, kisah fiksi pun menurut saya juga harus dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, di beberapa tempat, meski tidak banyak, terlihat beberapa kesalahan ketik.

Secara umum, buku ini cukup berkesan untuk saya. Kisah-kisah pendek dengan makna yang cukup dalam.

My Rating : 4/5


http://bacaanbzee.wordpress.com/2012/01/16/mata-air-air-mata-kumari/

Tidak ada komentar: