Jumat, 07 Mei 2010

Resensi Sekigahara, oleh Truly Rudiono

Sekigahara
Perang Besar Penentu Pemimpin Jepang
Pengarang : Dozi Swandana
Editor : Bandung Mawardi
Halaman : 224
Penerbit : BukuKatta



Saya tidak suka pelajaran sejarah!
Sepertinya sudah berulang kali saya menyebutkan hal itu. Sebenarnya bukan pelajarannya atau sejarahnya yang saya tidak suka, namun cara penyampaian yang memebosankan yang membuat saya tidak suka pelajaran atau buku-buku sejarah.

Setahu saya, hanya sedikit penulis yang mau serta mampu menggabungkan fantasi dengan sejarah. Atau lebih tepatnya penulis yang mampu membuat saya mau menuntaskan sebuah buku fiksi yang mengandung unsur sejarah. Salah satunya buku ini! Kalau saya yang tidak suka sejarah bisa tamat, harusnya mereka yang menyukai sejarah bisa membacanya dalam sekejab

Buku ini bercerita tentang pertempuran Sekigahara. Salah satu pertempuran yang dianggap penting karena dengan adanya pertempuran ini timbullah kekuasaan baru yang sudah lama tidak didominasi oleh shogun. Pertempuran ini sendiri adalah titik tolak penentu pemegang kekuasaan tertinggi di Jepang. Itu sebabnya dikenal dengan sebutan Tenka wakeme no tatakai (pertempuran yang menentukan pemimpin Jepang)

Kisah pertempuran ini dimulai ketika Oda Nobunaga mulai menguasai sebagian besr wilayah Jepang. Selama ini ia selalu mengalah dengan adiknya Oda Nubuyaki. Sehingga banyak yang mengira jika sang adik lebih jago memanah, berburu, bermain samurai dan lainnya. Tidak ada yang tahu bahwa Oda Nobunaga hanya mengalah karena sayang kepada adiknya. Rasa sayang yang harus ia bayar mahal kelak.

Namun saat sang ayah memutuskan bahwa sang adik yang akan menggantikannya karena dianggap lebih mampu, maka marahlah Oda Nobunaga, Tanpa teding aling-aling, ia membunuh sang adik lalu mengikrarkan diri sebagai penguasa. Ia yang keadaannya sering disebut mirip seorang wanita lemah, ternyata malah memiliki jiwa seperti iblis.

Dengan membawa kepala adiknya yang baru saja ia penggal serta samurai di tangan yang lain, ia meresmikan dirinya sebagai penerus sah keluarganya. Jika ada yang menentang akan dianggap pemberontak. Dengan resminya ia diangkat sebagai pemimpin Klan Oda, ia kian kejam dalam menentukan kebijakan.

Perkenalannya dengan seorang misionaris Yesuit, membawanya mengenal berbagai macam barang buatan barat. Termasuk senjata api yang kelak dipilihnya guna mempersenjatai pasukannya. Dengan memiliki pasukan yang menggunakan senjata api, ia berharap keinginannya untuk menguasai seluruh Jepang bisa segera terwujud.

Ternyata Oda Nobunaga juga tidak aman dari penghianatan.Tangan kanannya, Akechi Mitsuhidae berhasil mengalahkannya justru dengan taktik yang jitu. Jika harus beradu senjata, sudah jelas ia akan kalah telak! Ia dikalahkan justru saat sedang berpesta pora merayakan hari jadinya.

Lalu bagaimana nasib Akechi Mitsuhidae selanjutnya?
Apa hubungannya dengan Ishida Mitsunari?
Siapa pula Tokugawa Hidetada?
Silahkan baca sendiri yah.... Maklum saya kurang bisa mengulas tentang buku genre ini. Dari pada dituduh spoiler he he he

Diluar isi buku

Cover buku ini benar-benar memberikan sesuatu yang berbeda.Posisi cover yang tidak biasa, dibuat tidur dengan warna latar yang merah menyala mau tidak mau membuat setiap mata yang memandang akan terbelalak! . Latar belakang merah menimbulkan kesan bahwa telah terjadi pertempuran yang seru dan menakutkan. Sosok yang duduk di atas kuda meninggalkan kesan seseorang yang paling berani dalam pertempuran. Namun disisi lain, sejumput ilustrasi telapak tangan serta pedang yang tertusuk menimbulkan kesan muram dan menyedihkan. Efek yang selalu timbul dalam peperangan.

Sedikit mengutip ilmu marketing, buku ini dari sisi cover sudah menerapkan sebuah teori pemasaran baru, Blue Ocean Strategy. Intinya menampilkan sesuatu yang berbeda. Bayangkan, buku ini tergeletak diantara buku-buku fiksi lainnya, dengan warna yang mencolok dan penempatannya yang memanjang. Pastinya akan membuat setiap tangan tergoda untuk meraihnya. Lalu ada tulisan J-novel dihalaman belakang. Tulisan ini akan membuat orang kian penasaran mencari apa makna yang tersirat.

Kere..........n! Ungkap jagoan neon saat kuperlihatkan buku ini. Percobaanku berhasil! Buku ini dari sisi cover sudah memenangkan persaingan. Sisanya tergantung pada sinopsis yang ada cover dibelakang, mampu membuat orang kian tertarik, pastilah buku ini berpindah masuk ke ats belanja. Tidak tertarik ya.... berarti bukan genrenya he he he

Namun, begitu membuka halaman , sedikit ada rasa kecewa. Sejujurnya aku mengharapkan kertas yang lebih baik mutunya, bukan kertas koran. Entah kenapa kali ini peenrbit memilih kertas yang berbeda dengan buku-buku yang selama ini aku baca. Sayang sekali, cover yang sudah ciamik ini berkurang nilainya akibat keras yang digunakan.

Buku ini datang bersamaan dengan buku dari Ibu Peri buku. Bukannya mau pilih kasih, namun buku ini dibaca belakanagn dengan pertimbangan karena buku ini walau merupakan buku fiksi, namun sarat dengan makna kehidupan. Sedangkan saat itu, buku yang kubutuhkan adalah buku yang membuatku tertawa lepas. Mohon maaf ya Bapak Peri Buku *kasih salam hormat*


http://www.facebook.com/notes/truly-rudiono/sekigahara-perang-besar-penentu-pemimpin-jepang/423133097278

Resensi Sekigahara, oleh J. Haryadi

S E K I G A H A R A
Oleh : Dozi Swandana
ISBN : 978-979-1032-29-2
Ukuran : 13.5 X 20.5 Cm
Halaman : 224 halaman
Penerbit : Penerbit BukuKatta
Terbit : 2010
Harga : Rp.33.300

Penulis buku ini, Dozi Swandana, sangat mengenal sekali tokoh-tokoh sejarah Jepang. Hal ini bisa dilihat dari caranya mengisahkan cerita fiksi dalam buku ini yang mengesankan seolah-olah kita sedang membaca cerita sejarah Jepang yang sesungguhnya. Pria kelahiran Surabaya yang lahir tepat di hari pahlawan tesebut memang sangat menyukai kultur Jepang. Ia begitu pandai mengolah latar belakang sejarah Jepang menjadi kisah fiksi heroik yang menarik. Tentu saja ia pantas melakukannya, mengingat latar belakang pendidikannya sebagai lulusan terbaik Sastra Jepang Universitas 17 Agustus 1945 dengan nilai IPK tertinggi.

Novel bersampul merah, bergambar seorang panglima perang, lengkap dengan baju kebesarannya yang sedang menghunus pedang, dengan latar belakang suasana pertempuran sudah menggoda kita untuk membacanya. Buku yang terdiri dari 9 bab tersebut banyak mengupas riwayat berdirinya dinasti Shogun Tokugawa sampai terjadinya pertempuran besar Sekigahara. Membaca buku ini serasa kita masuk ke abad 15 dengan latar budaya Jepang, lengkap dengan berbagai intrik politik, tipu daya dan kekuasaan para klan yang berkuasa.

Pada tiga bab awal, pembaca akan disuguhi latar belakang sejarah awal terjadinya pertempuran Sekigahara, jauh sebelum pertempuran itu terjadi. Hal ini dimulai dengan kehadiran Oda Nobunaga, seorang bushi dan daimyo yang begitu kuat dan haus kekuasaan. Bahkan ia harus tega menghabiskan siapa saja yang menjadi penghalangnya, termasuk memenggal kepala adiknya sendiri, Nobuyuki, yang ditunjuk almarhum ayahnya sebagai penerus klan Oda Nobuhide. Berkat keberanian dan kecerdikannya, Nobunaga dibantu tangan kanannya, Toyotomi Hideyoshi , berhasil menguasai sebagian besar wilayah Jepang dengan kecerdikan dan kekuatan pedangnya.

Kekuasaan dan kejayaan tak ada yang abadi, begitu pula nasib yang menimpa Oda Nobunaga. Ia dikalahkan dalam sebuah pertempuran yang tidak seimbang, akibat jebakan maut yang sudah direncanakan anak buahnya sendiri, Akechi Mitsuhide, yang mengkhianatinya. Ia akhirnya menelan pil pahit dan terpaksa melakukan seppuku dihadapan Akechi Mitsuhide yang kerap kali dihinanya tersebut.

Sepeninggal Oda Nobunaga, kekuasaan berpindah ke tangan Toyotomi Hideyoshi. Tangan kanan Nobunaga ini berhasil menumpas pemberontakan Akechi Mitsuhide sekaligus membunuhnya melalui pedangnya sendiri. Banyak konflik yang harus diselesaikan Hideyoshi sejak kematianl tuannya tersebut, termasuk harus berperang dengan rekannya sendiri Shibata Katsuie yang tidak sependapat dengannya mengenai siapa yang pantas menggantikan Oda Nobunaga. Perseteruan yang berlangsung dengan peperangan tersebut dimenangkan oleh Hideyoshi, sedangkan Katsuie harus rela mengakhiri sendiri hidupnya dengan melakukan seppuku.

Kejayaan Toyotomi Hideyoshi juga tidak berlangsung lama. Sejak menyerang Jasoen pada tahun 1597, ia terserang penyakit yang berbahaya. Menyadari kalau hidupnya akan berakhir, ia menunjuk Tokugawa Ieyasu dan anaknya yang masih kecil, Toyotomi Hideyori sebagai pelaksana tugas sehari-hari. Pada tanggal 18 September 1598 Hideyoshi menghembuskan nafasnya yang terakhir di istana Fushimi.

Sejak kematian Hideyoshi, timbul perpecahan dikalangan anggota Go Tairo (Dewan Lima Menteri Senior). Mereka tidak sependapat mengenai siapa yang pantas berkuasa meneruskan pengganti Hideyoshi. Perseteruan keras terjadi antara Maeda Toshiie melawan Tokugawa Ieyasu yang menyebabkan salah seorang anggota Go Tairo tewas karena berusaha melerai pertikaian keduanya.

Secara diam-diam, Tokugawa Ieyasu berhasil menghasut Maeda Toshinaga yang tak lain adalah anak kandung Maeda Toshiie untuk membunuh ayahnya sendiri. Perbuatan ini bisa berhasil lantaran iming-iming hadiah yang dijanjikan Tokugawa terhadapnya. Kematian Maeda Toshiie yang misterius ternyata tidak membuat pertikaian tersebut berakhir, bahkan semakin menjadi bertambah runcing. Hal ini disebabkan adanya pengikut Hideyoshi lainnya yaitu Ishida Mitsunari yang juga sama-sama sebagai anggota Go Tairo. Mitsunari tidak sepaham dengan sepak terjang Tokugawa Ieyasu selama ini yang cenderung arogan dan otoriter. Perseteruan inilah yang kelak melahirkan pertempuran besar Sekigahara.

Pada tanggal 15 September 1600 Ishida Mitsunari secara resmi menantang Tokugawa Ieyasu yang dianggapnya diktator dan memerintah dengan tangan besi untuk bertempur dengannya di lembah Sekigahara, distrik Fuwa, Provinsi Mino, Jepang. Itulah sebabnya pertempuran yang sangat menentukan siapa penguasa yang paling berjaya dan pantas berkuasa selanjutnya disebut sebagai pertempuran Sekigahara atau dikenal juga dengan istilah Tenka Wakeme no Tatakai.

Siapa sajakah orang-orang yang berpihak ke masing-masing kubu dalam pertempuran sekigahara ? Siapa sesungguhnya Ishida Mitsunari yang begitu berani melawan Tokugawa Ieyasu yang terkenal kejam dan haus kekuasaan ? Siapa sajakah pihak-pihak yang ketika terjadi pertempuran justru berkhianat dan membelot ke kubu lawannya ? Bagaimana pula akhir dari pertempuran sekigahara yang dahsyat tersebut ? Siapakah yang keluar sebagai pemenangnya ? Bagaima pula nasib pihak-pihak yang kalah dalam pertempuran tersebut, apakah mereka diampuni atau justru dihukum mati ?

Anda mau tahu jawabannya ? Silahkan cari dan dapatkan buku terbitan penerbit bukukatta yang dahsyat tersebut di seluruh jaringan toko buku Gramedia, Gunung Agung dan toko buku klainnya di kota Anda.

Selamat membaca dan semoga terhibur !

***

http://resensi66.wordpress.com/2010/04/03/resensi-novel-sekigahara-perang-besar-penentu-pemimpin-jepang/